Review Film: 'Johnny English Strikes Again' (2018)

Level kenikmatan aku menonton 'Johnny English Strikes Again' sama dengan mendengar dagelan klasik: ikan... ikan apa yang bisa nyanyi?.

“Till we meet again.”
— Johnny English
Rating UP:
Level kenikmatan aku menonton Johnny English Strikes Again sama dengan mendengar dagelan klasik: "ikan... ikan apa yang bisa nyanyi?". Ya Tuhan. Bukan berarti leluconnya tak lucu. Saya bahkan berani bilang bahwa dagelan tersebut mantul, mantap betul... tapi dulu. Lelucon ini kini sudah sangat ketinggalan jaman dan begitu sering diulang hingga mampus. Saat ini dagelan jayus pun harus punya sedikit kreativitas.


Film ini merupakan film ketiga dari Johnny English, franchise yang kalau dijelaskan secara sederhana merupakan anak yang lahir dari perkawinan antara James Bond dan Mister Bean (marilah kita tak membahas bagaimana "cara" perkawinan itu berlangsung seandainya terjadi secara literal—anda takkan kuat). Ini bukan kebetulan belaka, alasannya Johnny English juga dimainkan oleh Rowan Atkinson, sang bintang film Mister Bean. Oleh lantaran itu, tentu saja leluconnya berasal dari tingkah polah si Johnny yang payak dan tak kompeten dalam menjalankan tugasnya sebagai mata-mata pemerintah Inggris. Sama menyerupai judulnya, kali ini ia beraksi kembali.

Kebolehan Atkinson dalam menyajikan komedi fisik dengan gestur dan ekspresinya yang abstrak jarang sekali tak menciptakan senyum tersungging di bibir bagus saya. Salah satunya, ketika ia harus menyamar sebagai seorang pramusaji di restoran Prancis yang tentu saja membuatnya harus berdialog kumur-kumur dengan aksen Prancis. Ada pula adegan ketika Johnny English dengan sembarangan mendekati sebuah helikopter yang siap lepas landas, tapi untungnya sembari menggunakan baju zirah sehingga kepalanya selamat dari putaran baling-baling helikopter. Kita tak perlu tahu konteksnya; yang jelas, ini lucu untuk dilihat.

Tapi yaa cuma itu. Kebanyakan leluconnya sangat gampangan, seolah ditujukan buat anak-anak. Dan huru-hara yang ditimbulkan oleh ketidakkompetenan Johnny English juga sangat predictable. Saat ia bilang bahwa mobilnya tak perlu diisi bensin, apakah mobilnya ini bakal kehabisan bensin di saat-saat kritis? Saat ia bilang bahwa bom mini yang dipakainya cuma bakal menimbulkan bunyi kecil, apakah ledakan bom tersebut akan terdengar oleh semua orang, termasuk si penjahat? Okesiap.

Nah, pertanyaan yang logis adalah: kenapa ada yang mau memanggil Johnny untuk kembali beraksi? Karena tak ada pilihan lain dong. Seorang hacker gres saja mengungkap semua nama intel Inggris yang aktif. Perdana Mentri (Emma Thompson) kewalahan sehingga mau tak mau harus memanggil satu-satunya mantan biro yang masih sehat walafiat. Dan biro tersebut tentunya ialah Johnny English yang kini beralih profesi mengajarkan ilmu mata-mata kepada belum dewasa SD.

Johnny kemudian dipasangkan dengan tandem lamanya, Bough (Ben Milller) yang kini sudah menikah dengan seorang kapten kapal selam militer. Info tadi mungkin terdengar terlalu detil bagi anda, tapi aku menuliskannya biar bisa memberitahu anda bahwa Johnny tak percaya ada seorang kapten kapal yang berjenis kelamin wanita. Fungsi Bough bagi plot ialah untuk ngasih tau Johnny sedikit logika, yang pastinya bakal lewat di kuping kanan dan keluar di kuping kiri Johnny, termasuk ketika Johnny tak percaya bahwa perempuan seksi sobat minumnya (Olga Kurylenko) ialah seorang biro Rusia padahal Bough sudah punya lebih dari cukup bukti.

Saya tak ingin bilang bahwa dagelan film ini sedemikian jelek hingga menciptakan aku meringis. Tidak menyerupai itu. Leluconnya lucu, hanya saja sudah sangat usang. Lelucon harusnya terasa spontan, walau bahwasanya dibangun dengan set-up terlebih dahulu. Di film ini, ketika diberikan set-up, kita eksklusif tahu punchline-nya bakal menyerupai apa. Kaprikornus setiap kali komedi lewat, aku cuma bergumam dengan muka lempeng, "Oh yang barusan komedi ya". Meski begitu, aku yakin bahwa masih ada orang yang belum pernah mendengar dagelan soal Ikang Fawzi. Dan mereka ialah satu-satunya demografi yang sangat aku rekomendasikan menonton film ini. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Johnny English Strikes Again

89 menit
Remaja
David Kerr
William Davies
Chris Clark, Tim Bevan, Eric Fellner, Rowan Atkinson, Rafaël Benoliel
Florian Hoffmeister
Howard Goodall

©

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Review Film: 'Johnny English Strikes Again' (2018)"

Post a Comment