Review Film: 'Bird Box' (2018)

'Bird Box' tak mengeksplorasi premisnya dengan optimal, alih-alih justru menawarkan kita klise yang sudah terlalu familiar.

“Under no circumstances are you allowed to take off your blindfold.”
— Malorie
Rating UP:
Film dibuka dengan seorang tante-tante (Sandra Bullock) yang memberi hikmah kepada kepada dua anak (Julian Edwards dan Lyra Blair), sempurna sebelum mereka naik sampan di sebuah sungai. Kita belum akan tahu apakah kedua anak itu yaitu anaknya atau bukan. Nasihatnya bukan main-main. Nadanya sangat memaksa, ibarat dengan intonasi nenek yang menawari kita masakan ringan bagus buatannya ketika kita mudik.

"Kalian harus melaksanakan apa pun yang saya suruh atau kita takkan selamat, mengerti?!" teriak si tante. "Apa pun yang terjadi, kalian dilarang membuka epilog mata, paham?!"

Apa yang bahwasanya terjadi? Kenapa si tante setegang itu? Dan, mau kemana mereka naik sampan?


Tak butuh waktu usang bagi kita untuk mengetahui itu. Bird Box dengan segera membeberkan konsepnya: membuka mata sama dengan bunuh diri. Literally. Ada monster di luar sana yang sama sekali dilarang dilihat dengan mata kepala. Sementara indra penglihatan barangkali yaitu indra paling terpenting bagi manusia. Lantas bagaimana kita dapat bertahan hidup? Ini yaitu satu lagi film horor dengan premis brilian yang sederhana. Sayangnya, Bird Box berfokus pada titik yang salah. Ia tak mengeksplorasi premisnya dengan optimal, alih-alih justru menawarkan kita klise yang sudah terlalu familiar.

Kita dibawa ke lima tahun yang lalu. Si tante yang ternyata berjulukan Malorie yaitu seorang calon ibu yang tengah hamil bau tanah tapi ia sendiri tak yakin apakah bakal membesarkan anaknya ini atau tidak. Ditemani si abang (Sarah Paulson) untuk kontrol ke rumah sakit, mereka berdua berbincang soal isu di TV yang membahas bunuh diri massal di kota seberang. Namun bencana ini rupanya sudah hingga ke sini. Malorie menyaksikan seorang pasien rumah sakit membenturkan kepala dengan brutal ke dinding kaca. Ia dan kakaknya segera kabur, tapi bencana rupanya sudah mewabah hingga ke jalanan. Kita kemudian diperlihatkan dengan kekacauan yang masif; kendaraan beroda empat bertabrakan dan terbakar, orang-orang berteriak dan bersimbah darah.

Penyebabnya yaitu monster misterius. Keberadaannya dapat dirasakan, dapat juga tidak. Wujudnya entah ibarat apa. Kita, para penonton, tak akan melihat monster tersebut. Mungkin memang sebaiknya begitu, alasannya orang-orang dalam film melihatnya dan sehabis itu mereka ingin segera bunuh diri. Menabrakkan diri ke mobil, terjun dari gedung, menusuk badan dengan pisau, masuk ke kobaran api. Pokoknya metode apapun yang paling simpel dan sadis. Sekuens ini cukup menakutkan. Selain lantaran pengadeganannya yang efektif, ia juga dengan sempurna mengeksploitasi entitas ketakutan fundamental kita, yaitu sesuatu yang tak kita tahu; sesuatu tak kita mengerti sepenuhnya tapi berpotensi menciptakan kita tak dapat melihat hari esok.

Namun, ketegangan dengan cepat menguap, lantaran rasanya kita ibarat menonton satu lagi film zombie apocalypse, hanya saja tanpa zombie. Situasi menjadi sangat familiar. Beberapa orang dengan huruf dan motif yang berbeda berkumpul di satu rumah untuk bertahan hidup. Ada yang baik, ada yang kurang ajar, ada yang tangguh, ada yang pasrah, ada yang parnoan, ada perdebatan, dan seterusnya dan seterusnya. Meski diperankan dengan cast yang variatif, diantaranya John Malkovich, Jackie Weaver, Trevante Rhodes, BD Wong, dan Machine Gun Kelly, karakter-karakter mereka terjebak dalam klise film. Kita hampir dapat menebak semua yang bakal mereka lakukan nanti.

Untungnya ketegangan dapat berkali-kali digerek naik lewat apapun yang melibatkan premis "jangan melihat". Ada adegan dimana para penghuni rumah harus mengendarai kendaraan beroda empat dengan kondisi beling yang tertutup semua, berkendara dengan buta demi mencari materi makanan. Dan tentu saja, ketika kita dibawa balik ke lima tahun ke depan dimana Malorie mengayuh sampan untuk membawa kedua anaknya ke suatu tempat. Sandra Bullock tak usah diragukan lagi. Ia dapat menjual apa saja dengan meyakinkan. Semisal Bullock punya MLM, saya niscaya sudah jadi downline secara tak sadar.

Mengenai judul film, "Bird Box" mengacu kepada fakta bahwa burung ternyata tak dapat dipengaruhi oleh si monster, bahkan mereka dapat mencicipi keberadaan si monster. Selagi ada bunyi burung, berarti area tersebut aman. Saya tak tahu bagaimana dengan sapi, trenggiling, atau tapir. Tapi membawa burung memang lebih mudah sih bagi Malorie. Satu lagi fakta yang diberitahu film yaitu ada insan yang ternyata dapat selamat meski melihat si monster. Mereka baik-baik saja, bahkan malah lebih bahagia. Yang kita tak diberitahu yaitu ibarat apa wujud atau darimana dan kenapa si monster menyerang. Saya tahu kadang kita tak butuh penjelasan, tapi dalam masalah ini, agaknya itu perlu.

Banyak yang membandingkan film ini dengan A Quiet Place-nya John Krasinski, dan saya dapat melihat persamaannya. Variasinya ada di "jangan bersuara" yang diganti dengan "jangan melihat". Meski begitu, ibarat sih Bird Box bukan nyontek, lantaran ia disesuaikan dari novel Josh Malerman yang dirilis di 2014. Namun ada pembeda kecil antara keduanya. A Quiet Place lebih greget lantaran fokus dengan konsepnya sebagai horor psikologis. Keberadaan monster relatif hanya menjadi mekanika plot. Kita duduk tegang menonton lantaran filmnya intim dan kita peduli dengan nasib karakter. Di lain sisi, Bird Box cuma memberi kita karakterisasi yang generik. Kesannya, ia ibarat setengah mati ingin punya monster. Yang menciptakan saya bertahan menonton yaitu lantaran saya ingin melihat dan tahu lebih banyak soal si monster.

Namun sama ibarat huruf di film, pembuat film ini tetapkan bahwa hal tersebut berbahaya bagi kita. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Bird Box

124 menit
Remaja
Susanne Bier
Eric Heisserer (screenplay), Josh Malerman (novel)
Chris Morgan, Scott Stuber, Dylan Clark, Clayton Townsend
Salvatore Totino
Trent Reznor, Atticus Ross

©

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Review Film: 'Bird Box' (2018)"

Post a Comment